SEDULUR SAK LAWASE – PATNER SAK TERUSE
23 Mei 2023 15:32
Berita Aktual

“Mbalek Deso Lan Sedulur Sak Lawase” merupakan jargon Rahmad Handoyo, Anggota Komisi IX DPR RI. Lahir di Kota Semarang empat puluh delapan tahun silam adalah seseorang yang, humble, pintar dan humoris. Beliau menyelesaikan pendidikan SD di Papringan Semarang, kemudian melanjutkan sekolah menengah tingkat pertama dan menengah atas di Kabupaten Boyolali. Setelah meneruskan kuliah di Universitas Diponegoro dan Magister di Universitas Trisakti Jakarta Rahmad Handoyo mbalek deso, mengabdi kepada masyarakat Klaten, Sukoharjo, Surakarta, dan tentunya Boyolali.

Rahmad Handoyo tak bosan berkeliling Desa untuk melakukan Kampanye Kesehatan, karena Komisi IX bergerak di bidang kesehatan dan ketenagakerjaan. Beliau mendengarkan keluhan masyarakat baik masalah KIS (Kartu Indonesia Sehat), BPJS, makanan yang tidak aman dikonsumsi bahkan infrastruktur. Selama tiga hari berturut-turut (12-14 Mei 2023) Rahmad Handoyo berkerjasama dengan BBPOM di Semarang melakukan Kampanye Kesehatan Obat dan Makanan yang Aman, dari Kemalang, Klaten; Tawangsari, Sukoharjo; Wonosegoro, Boyolali kembali lagi ke Laweyan, Surakarta. Rahmad Handoyo dan Agung Supriyanto wakil dari BBPOM di Semarang menjadi narasumber pada kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang obat dan makanan yang aman.

Masyarakat harus mengetahui tentang golongan obat yang beredar yaitu Obat bebas, Obat Bebas Terbatas, Obat Keras, dan Psikotropika. Perbedaan obat tersebut dapat dibedakan dari :

-        Cara mendapatkan (bagaimana membelinya; boleh dibeli bebas atau tidak)

-        Tempat mendapatkan (dimana dibeli)

-        Cara penggunaannya (dioleskan, ditelan, diminum, atau dengan cara lain)

-        Aturan penggunaan (diminum sampai habis atau dihentikan jika sudah sembuh)

-        dan efek yang muncul (yang dikehendaki atau efek samping)

Rahmad Handoyo menekankan kepada masyarakat agar tidak mengkonsumsi jamu kuat lelaki, karena di dalam produk tersebut mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) yang tidak diketahui dosisnya sehingga menimbulkan efek seketika. “Jika umur kita sudah tua, rajinlah berolah raga dan istirahat yang cukup, jangan malah konsumsi jamu lanang untuk meningkatkan stamina. Nanti bukannya kuat malah lemes dan bablas ora tangi,” kelakar Rahmad.  Sildenafil Sitrat yang sering disalahgunakan dan ditambahkan sebagai BKO pada jamu kuat lelaki, secara medis digunakan untuk pengobatan penyakit disfungsi ereksi. Dengan catatan digunakan dengan dosis yang benar sesuai anjuran dokter.

Tidak hanya jamu, Rahmad juga mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak lagi menggunakan cetitet/bleng untuk membuat kerupuk karena cetitet/bleng mengandung boraks yang jika ditambahkan dalam makanan dan dikonsumsi secara terus menerus dapat mengakibatkan gangguan saluran pencernaan, gangguan ginjal, kanker, atau bahkan kematian. “Ada kok pengganti cetitet, dadi nek gawe kerupuk ora sah gowo cetitet tapi bisa menggunakan kanji sebagai gantinya,” jelasnya lagi.

“Bahan berbahaya kimia seperti formalin, boraks, dan pewarna tekstil memang sejak dulu ditambahkan dalam makanan untuk menarik perhatian atau untuk mengawetkan. Kita sebagai masyarakat yang cerdas harus membentengi diri dan mencegah agar makanan yang berbahaya bagi kesehatan tidak beredar,” jelas Agung dalam paparannya.

Produk yang beredar di wilayah Indonesia baik obat, jamu, kosmetik maupun makanan dan minuman harus terdaftar di Badan POM. BPOM merupakan Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang bertugas memberikan jaminan keamanan, mutu, dan khasiat dengan melakukan pengujian laboratorium untuk menilai apakah suatu produk layak edar. Jika layak edar, BPOM memberikan izin edar (BPOM RI MD atau BPOM RI ML untuk Produk Pangan;  atau POM NA untuk Produk Kosmetika dan POM TR untuk Produk Obat Tradisional) kepada konsumen sebagai jaminan mutu suatu produk.

BPOM Mobile merupakan aplikasi yang dapat mengidentifikasi apakah suatu produk terdaftar di Badan POM.. Peserta yang hadir, tertib mendengarkan penjelasan narasumber, dan antusias untuk mengajukan pertanyaan.

“Kalau bukan kita yang lindungi, Siapa lagi??

 

BBPOM di Semarang