MANAKAH YANG AMAN - OBAT ATAU OBAT TRADISONAL?
6 Maret 2023 10:01
Berita Aktual

BBPOM SEMARANG "Peliharalah kesehatanmu karena ia yang akan mewadahi umur panjangmu, quote Mario Teguh.  

Berlomba-lomba dalam upaya meningkatkan kesehatan dan  kualitas hidup supaya berumur panjang  dengan mencari obat maupun suplemen kesehatan bukanlah hal yang keliru. Namun, kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan obat dan mewaspadai efek  mengkonsumsi Obat maupun Suplemen Kesehatan secara berlebihan.

Obat adalah zat yang digunakan untuk pencegahan, penyembuhan penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan. Katanya Obat kok malah jadi racun? Terus kalau sakit kita sebaiknya minum obat atau tidak? Mungkin pertanyaan seperti itu sempat terlintas di benak Anda. Jawabannya, tentu saja kita tetap harus  meminum obat ketika sakit dengan memperhatikan dosis, waktu dan cara penggunaan serta informasi yang tertulis pada label. Karena Obat adalah pedang yang bermata dua, Obat akan memiliki manfaat jika digunakan secara tepat, jika tidak maka obat akan menjadi racun yang mematikan.

Lalu, apa yang disebut dengan efek samping obat? ESO atau Efek Samping Obat adalah semua efek yang tidak dikehendaki yang membahayakan atau merugikan pasien (adverse reactions ) akibat penggunaan obat. ESO tidak selalu muncul pada setiap individu, tergantung kondisi atau faktor lain yang memicu timbulnya efek samping obat.

Faktor tersebut antara lain:

  1. Polifarmasi yaitu mengkonsumsi berbagai macam obat pada waktu yang  bersamaan baik untuk satu atau lebih kondisi medis. Sebagai contoh, “A” merasa pusing dan sakit gigi dan mengkonsumsi obat parasetamol, asam mefenamat, dan kalium diklofenak padahal fungsi obat tersebut sama yaitu meringankan nyeri/atau sakit. Jadi “A” polifarmasi untuk satu kondisi medis. Cerita lain ketika “Nenek A” menderita multiple penyakit seperti kolesterol, darah tinggi , dan diabetes militus, yang mengharuskan “Nenek A” mengkonsumsi lebih dari satu obat dalam satu waktu. Semakin banyak obat yang dikonsumsi memunculkan peluang yang besar terjadinya ESO.
    1. Jenis kelamin          

Faktor hormonal dan jenis kelamin mempengaruhi farmakokinetik bahan aktif farmasi melalui berbagai mekanisme pada proses absorbsi, distribusi, metabolism. Jenis kelamin juga mempengaruhi efek biologis yang menyebabkan perbedaan hasil pengobatan.  Pengaruh hormonal pada wanita yang mempengaruhi Kinerja obat, mengakibatkan kaum hawa lebih sering mengalami efek samping dari penggunaan obat.

  1. Usia    

Usia merupakan salah satu faktor yang dapat memicu terjadinya efek samping obat. Faktor Usia sangat berpengaruh pada sitem metabolisme, dimana anak-anak memiliki sistem metabolisme yang belum sempurna sehingga kemungkinan terjadinya efek samping lebih besar. Seiring bertambahnya usia, tubuh akan mengalami berbagai perubahan terutama fungsi dan struktur ginjal. Probabilitas terjadinya ESO pada lansia juga sangat tinggi dikarenakan menurunnya fungsi dan kondisi tubuh.

    d.    Penyakit yang diderita

Dengan adanya penyakit penyerta lain dapat mengakibatkan efek samping, contohnya pada penderita gangguan hati dan ginjal. Untuk itu perlu kita perhatikan “peringatan” yang tercantum dalam label obat.

 

Ketakutan dan kecemasan akan konsumsi obat membuat masyarakat beralih melirik obat tradisional yang dianggap tidak memiliki efek samping karena berasal dari tanaman. Apalagi Obat tradisional telah digunakan secara turun temurun untuk menyembuhkan penyakit atau memelihara kesehatan tubuh.

Apakah sama Obat Tradisional dengan jamu? Obat tradisonal adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Dari segi keterbuktian dan standardisasi khasiat, keamanan dan mutu, maka obat tradisional terbagi menjadi 3 kriteria, yaitu:

  1.  Jamu

Jamu merupakan jenis obat tradisional yang paling sederhana, dimana pembuktian ilimiah atas khasiat dan keamanannya hanya didasarkan pada bukti secara empiris atau turun temurun. Meskipun bahan baku jamu tidak diwajibkan untuk dilakukan standardisasi namun tetap harus memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan (Farmakope atau Peraturan Kepala Badan). Klaim penggunaan pada jamu harus diawali dengan kata-kata “secara tradisional digunakan untuk .......”. Jamu sama sekali tidak boleh mencantumkan klaim khasiat yang menggunakan istilah farmakologi atau medis.

  1.  Obat Herbal Terstandar (OHT)

Sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan bahan bakunya sudah terstandar.

  1. Fitofarmaka.

Sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia). Bahan baku dan produk jadi sudah distandarisasi.

 

Bagaimana kita membedakan ketiganya? Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka dapat diketahui dengan memperhatikan logo pada kemasan.

Jadi pilihan ada di tangan Anda, Obat atau Jamu dengan memperhatikan khasiat dan efek sampingnya. Mengonsumsi Obat atau Obat Tradisional sesuai  ketentuan adalah bagian upaya kita berinvestasi pada kesehatan, karena kesehatan adalah kekayaan di masa depan.